بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
DEFINISI DAN
KEUTAMAAN SHOLAT MALAM
Oleh :
Al-‘Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi
A.DEFINISI
QIYAMUL LAIL
Secara
umum, shalat pada malam hari, setelah waktu shalat ‘Isya’ sampai waktu shalat
Shubuh, disebut qiyamul lail. Dalam Al-Qur`an Al-Kariim, Allah Subhaanahu wa
Ta’ala berfirman,
“Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk mengerjakan shalat) pada malam hari, kecuali sedikit (dari malam itu), (yaitu) seperduanya atau kurangilah sedikit dari seperdua itu, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur`ân itu dengan perlahan-lahan.”
[Al-Muzzammil: 1-4]
B.DEFINISI TAHAJJUD
Shalat
pada malam hari juga disebut shalat Tahajjud. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ
berfirman,
“Dan, pada sebagian malam hari, bertahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
[Al-Isrâ`: 79]
Secara bahasa, tahajjud bermakna membuang tidur. Imam Ath-Thabary berkata, “Tahajjud adalah begadang setelah tidur,” kemudian membawakan beberapa nukilan dari ulama salaf tentang hal tersebut
[Bacalah
Lisânul Mîzân karya Ibnul Manzhûr, Mu’jam Maqâ`îs Al-Lughah karya Ibnu Faris
dan selainnya pada pembahasan kata هجد].
C.DEFINISI
TARAWIH
Ada pun
shalat Tarawih, definisinya adalah qiyamul lail secara berjamaah pada malam
Ramadhan. Menurut keterangan Al-Hâfizh Ibnu Hajar dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
rahimahumullaah, dinamakan tarawih -merupakan kata jamak dari tarwîhah yang
bermakna istirahat- dikarenakan, pada awal kali pelaksanaannya, orang-orang
memperpanjang berdiri, rukuk, dan sujud. Apabila telah selesai mengerjakan
empat rakaat dengan dua kali salam, mereka beristirahat, kemudian mengerjakan
shalat empat rakaat dengan dua kali salam lalu beristirahat, kemudian
mengerjakan shalat tiga rakaat sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah radhiyallâhu
‘anhâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim,
“Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidaklah menambah lebih dari 11 rakaat pada Ramadhan dan tidak pula pada selain Ramadhan. Beliau mengerjakan shalat 4 (rakaat), jangan kamu bertanya tentang baik dan panjang (shalat) nya, kemudian mengerjakan shalat 4 (rakaat), jangan kamu bertanya tentang baik dan panjang (shalat)nya, lalu mengerjakan shalat 3 (rakaat).”
[Muttafaqun ‘alaihi]
D.BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI PENAMAAN TARAWIH
Perlu
diketahui bahwa penamaan Shalat Lail pada malam Ramadhan dengan nama tarawih
adalah penamaan yang sudah lama dan dikenal di kalangan ulama tanpa ada yang
mengingkarinya.
Dalam
Shahîh-nya, perhatikanlah Imam Al-Bukhâry (wafat tahun 256 H) yang menulis
kitab khusus dengan judul Shalât At-Tarâwîh, demikian pula Muhammad bin Nashr
Al-Marwazy (wafat tahun 294 H) dalam Mukhtashar Qiyâmul Lail, serta para ulama
lain, abad demi abad, tanpa ada yang mengingkarinya.
Oleh
karena itu, alangkah sedikit pemahaman agama sebagian orang pada zaman ini yang
mengingkari penamaan Shalat Lail pada malam Ramadhan dengan nama Shalat
Tarawih. Lebih menakjubkan lagi bahwa, tanpa rasa malu, ada sebagian orang yang
menganggap bahwa shalat Tarawih adalah bid’ah. Nas`alullaaha As-Salaamata Wal
‘aafiyah.
[Untuk
rujukan pembahasan ini, silakan membaca Fathul Bâry, Majmu’ Fatâwâ wa Maqâlât
Mutanawwi’ah karya Syaikh Ibnu Bâz, Asy-Syarh Al-Mumti’, dan Majmu’ Fatâwâ wa
Rasâ`il Syaikh Ibnu ‘Utsaimîn]
E.FADHILAH
(KEUTAMAAN) QIYAMUL LAIL
>>>Qiyamul
Lail adalah Sifat Seorang Mukmin yang Mewujudkan Hakikat Keimanannya.
Allah
Ta’âlâ berfirman,
“Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang, apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabb-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka, sedang mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
[As-Sajadah: 15-16]
>>> Allah ‘Azza Wa Jalla Memuji Orang-Orang yang Sering Menegakkan Shalat pada Malam Hari sebagai Hamba-Hamba-Nya yang Dimuliakan
Allah
Jalla Tsanâ`uhu berfirman,
“Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.”
[Al-Furqân: 64]
>>> Pemanfaatan Akhir Malam adalah Kedisiplinan Orang-Orang yang Bertakwa
Allah
Ta’âlâ menjelaskan,
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan pada mata air-mata air, sambil mengambil sesuatu yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sesungguhnya, sebelumnya di dunia, mereka adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; Dan pada akhir malam, mereka memohon ampun (kepada Allah).”
[Adz-Dzâriyât: 15-18]
>>> Allah Membedakan Kedudukan Orang-Orang yang Mengerjakan Shalat pada Malam Hari dan Orang-Orang yang Tidak Mengerjakan Shalat
Rabbul
‘Izzah berfirman,
“(Wahai orang musyrik, apakah kamu yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada malam hari dengan bersujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya? Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
[Az-Zumar: 9]
>>> Karena Keutamaan Qiyamul Lail yang Sangat Besar, Allah Memerintahkan Nabi-Nya untuk Menegakkan Shalat Malam Tersebut
Allah
Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
”Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk mengerjakan shalat) pada malam hari, kecuali sedikit (dari malam itu), (yaitu) seperduanya atau kurangilah sedikit dari seperdua itu, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur`ân itu dengan perlahan-lahan.”
[Al-Muzzammil: 1-4]
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ juga berfirman,
“Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat pada malam hari dan ketika bintang-bintang (saat fajar) terbenam.”
[Ath-Thûr: 49]
>>> Qiyamul Lail adalah Bekal untuk Menghadapi Hari Kiamat, Hari yang Penuh dengan Kesulitan
Allah
‘Azza wa Jalla memerintah,
“Dan pada sebagian malam, bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang saat malam hari. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan tidak memedulikan kesudahan mereka pada hari yang berat (hari akhirat). Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka. Apabila menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.”
[Al-Insân: 26-28]
Mungkin dari makna ayat di atas, Imam Al-Auza’iy rahimahullah menyatakan
,
“Barangsiapa yang memperpanjang qiyamul lail, Allah akan memudahkannya (ketika) berdiri pada hari kiamat.”
[Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asâkir dalam Tarikh-nya]
>>> Allah Menjamin Kedudukan yang Terpuji untuk Nabi-Nya dengan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
Allah
Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
“Dan pada sebagian malam, bertahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
[Al-Isrâ`: 79]
>>> Orang-Orang yang Menegakkan Qiyamul Lail pada Akhir Malam Tergolong ke dalam Orang-Orang yang Memohon Ampun pada Waktu Sahur
Allah
telah memuji mereka dalam firman-Nya,
“(Yaitu) orang-orang yang berdoa, ‘Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.’ (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun pada waktu sahur.”
[Âli ‘Imrân: 16-17]
>>> Shalat Lail adalah Shalat Sunnah yang Paling Utama Setelah Shalat Wajib
Abu
Hurairah radhiyallâhu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seutama-utama puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) bulan Allah, Muharram, dan seutama-utama shalat setelah (shalat) fardhu adalah shalat Lail.”
[Diriwayatkan oleh Muslim]
>>> Sedekat-Dekat Keberadaan Allah dengan Hamba-Nya Terhitung pada Saat Pelaksanaan Shalat Lail
Dalam
hadits ‘Amr bin ‘Abasah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sedekat-dekat keberadaan Allah terhadap seorang hamba adalah pada pertengahan malam terakhir. Maka, kalau engkau mampu menjadi orang yang mengingat Allah pada saat itu, lakukanlah.”
[Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzy, An-Nasâ`iy, Ibnu Khuzaimah, Al-Hâkim, Ath-Thabarâny, Al-Baihaqy, serta Ibnu ‘Abdil Barr. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albâny dan Syaikh Muqbil.]
>>> Shalat Lail Termasuk Penyebab yang Menjadikan Seseorang Terhindar dari Fitnah
Hal ini
sebagaimana dalam hadits Ummu Salamah radhiyallâhu ‘anhâ,
“Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam terbangun pada suatu malam lalu bersabda, ‘Subhanallah terhadap segala sesuatu yang diturunkan pada malam ini berupa fitnah dan segala sesuatu yang dibuka berupa berbagai perbendaharaan. Bangunkanlah (para perempuan) pemilik kamar karena (mereka) kadang berpakaian di dunia, (tetapi) telanjang di akhirat.’.”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry]
>>> Perhatian Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam terhadap Shalat Malam Ini sebagai Lambang Hamba yang Bersyukur
Aisyah
radhiyallâhu ‘anhâ bertutur,
“Sesungguhnya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengerjakan qiyamul lail sampai kedua kaki beliau pecah-pecah, maka saya bertanya, ‘Mengapa engkau melakukan ini, wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang?’ Beliau pun menjawab, ‘Tidak (bolehkah) saya suka untuk menjadi hamba yang bersyukur?’.”
[Muttafaqun ‘alaihi]
>>> Keutamaan bagi Suami-Istri yang Menghidupkan Shalat Malam
Hal ini
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah merahmati seorang lelaki yang bangun pada malam hari lalu mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Kalau istrinya enggan, ia memercikkan air ke wajah (istri)nya. Allah merahmati seorang perempuan yang bangun pada malam hari lalu mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Kalau suaminya enggan, ia memercikkan air ke wajah (suami)nya.”
[Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An-Nasâ`iy, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibbân, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqy. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albâny dan Syaikh Muqbil.]
>>> Qiyamul Lail adalah Kemuliaan Seorang Mukmin
Demikianlah
sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’d As-Sa’idy bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Jibril datang kepadaku lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah engkau sesukamu karena sesungguhnya engkau akan meninggal. Cintailah siapapun yang engkau sukai karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Beramallah dengan (amalan) yang engkau sukai karena engkau akan mendapatkan imbalannya. Ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin adalah shalatnya pada malam hari dan keagungannya adalah perasaan cukupnya terhadap (segala sesuatu yang berada di sisi) manusia.’.”
[Dikeluarkan oleh Ath-Thabarany, As-Sahmy, Al-Hâkim, Al-Baihaqy, Al-Qadha`iy, dan Abu Nu’aim. Dishahihkan oleh Al-Hâkim dan dihasankan oleh Al-Mundziry, Al-‘Iraqy, dan Al-Albâny.]
>>> Qiyamul Lail adalah Penggugur Kejelekan dan Pencegah Perbuatan Dosa
Hal ini
sebagaimana dalam hadits Abu Umamah, dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam, bahwa Rasulullah bersabda,
“Hendaknya kalian mengerjakan qiyamul lail karena (ibadah) itu adalah rutinitas orang-orang shalih sebelum kalian serta (ibadah) itu adalah hal yang mendekatkan kalian kepada Rabb kalian, penggugur segala kesalahan, dan pencegah perbuatan dosa.”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy, Al-Hâkim, Al-Baihaqy, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albâny dari seluruh jalan-jalannya.]
>>> Qiyamul Lail adalah Salah Satu Hal yang Mengakibatkan Seorang Hamba Dimasukkan ke dalam Surga
Dalam
hadits Abdullah bin Salam radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan kerjakanlah shalat pada waktu malam ketika manusia sedang tidur. Niscaya, kalian akan dimasukkan ke dalam surga dengan keselamatan.”
[Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzy, Ibnu Mâjah, dan Al-Hâkim. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albâny.]
>>> Timbul Kecemburuan terhadap Orang yang Mengerjakan Qiyamul Lail Lantaran Besarnya Pahala yang Dia Peroleh
Dalam
hadits Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Tidak ada HASAD, kecuali terhadap dua sifat: seorang lelaki yang Allah berikan Al-Qur`an kepadanya, maka dia pun mengerjakan qiyam dengan (Al-Qur`an) itu pada beberapa waktu saat malam dan siang hari, dan seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya, maka dia pun menginfakkan (harta) itu pada beberapa waktu saat malam dan siang hari.”
[Muttafaqun ‘alaihi]
>>> Orang yang Mengerjakan Shalat Malam Tergolong sebagai Manusia Terbaik
Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik seorang lelaki adalah Abdullah bin ‘Umar andaikata dia mengerjakan shalat malam.”
[Muttafaqun ‘alaihi]
>>> Orang-Orang yang Mengerjakan Shalat Malam Tergolong sebagai Orang yang Banyak Berdzikir kepada Allah
Dalam
hadits Abu Sa’id dan Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seorang lelaki bangun tidur pada malam hari, kemudian membangunkan istrinya, lalu keduanya mengerjakan shalat dua rakaat, keduanya telah ditulis sebagai golongan laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah.”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, An-Nasâ`iy, Ibnu Majah, Ibnu Abid Dunyâ, Al-Âjurry, Al-Bazzar, Al-Harits bin Abi Usamah, Ibnu Hibban, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqy]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~00000~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar