Bismillaahirrohmanirrohiim
" Barang siapa diantara kalian yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, hendaknya ia lakukan. "
[ HR. Muslim, 4 / 1726 ]
___________________________________________________
Khusyu’
adalah sifat yang merupakan
-
ciri keimanan,
-
sebab digugurkannya dosa,
-
sebab pengampunan,
-
pahala yang besar.
Khusyu’
tidak terbatas pada sholat saja karena khusyu’ adalah sesuatu yang
diperintahkan Alloh dalam semua bentuk ibadah.
Alloh
terangkan sifat para Nabi-NYA : "Mereka yang berdo'a kepada Kami dengan
penuh harapan dan rasa takut, dan mareka adalah orang-orang yang khusyu' kepada
Kami.” (Al-Anbiya': 90 )
Dari
Abu Hurairoh rodhiyallahu ‘anhu dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Alloh pada
hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-NYA, yaitu (salah satunya) : Orang
yang berdzikir kepada Alloh dalam keadaan sendiri lalu berlinanglah air matanya
karena menangis.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim). Orang tersebut menangis karena
ada KHUSYU’ ketika mengingat Alloh.
Sifat
Nabi-NYA yang lain, Alloh berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu
sebelumnya jika dibacakan atas mereka (ayat-ayat Alloh) mereka sujud tersungkur
dengan dagu-dagu mereka dalam kondisi sujud, mereka berkata, ‘Maha Suci Robb
kami. Sungguh janji Robb kami pasti terlaksana.’ Mereka tersungkur dengan
dagu-dagu mereka dalam kondisi menangis dan menambah kekhusyukkan mereka.” (Al
Isro’ : 107-109)
“Jadikanlah
sabar dan sholat sebagai penolongmu. SESUNGGUHNYA YANG DEMIKIAN ITU SUNGGUH
BERAT kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-NYA”.
(Al-Baqarah : 45-46) ‘Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat’ menunjukkan
khusyu’ adalah sifat orang-orang yang menegakkan ibadah yang agung dan perkara
yang besar.
________________
A.
PENGERTIAN KHUSYU’
Alloh
Ta’ala berfirman menerangkan khusyu’ dalam sholat, “Sungguh beruntunglah
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu’ dalam sholatnya.”
(Al-Mu’minun : 1-2)
Dari
Utsman bin ‘Affan rodhiyallohu ‘anhu dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda, ““Tidaklah seorang muslim yang mendapatkan waktu shalat wajib
lalu dia memperbagus wudhunya, kekhusyu’annya dan ruku’nya, melainkan shalat
itu menjadi kaffaroh (penghapus) bagi dosa yang telah lalu, selama dia tidak
melakukan dosa besar, dan itu adalah sepanjang masa.” (HR. Muslim)
Khusyu’
secara bahasa artinya ketundukan, ketenangan. Dalilnya : “Dan pada hari kiamat,
khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah. Tidak engkau
dengar, kecuali hanya bisikan-bisikannya saja.” {QS. Thoha : 108)
Ada
pun pengertian khusyu’ dikalangan ‘ulama :
-
Imam Ibnu Rojab Al-Hanbaly : “Dasar sifat khusyu’ adalah lembut dan tenangnya
hati, ketundukannya, bagaimana dia merendah. Jika hatinya sudah khusyu’, maka
anggota tubuh lainnya akan mengikuti.” Jadi, letak khusyu’ adalah di hati dan
yang menggambarkannya adalah anggota tubuhnya.
-
Ibnul Qoyyim dalam Madarijus Salikin : “Khusyu’ adalah tegaknya hati dengan
ketundukan dan penghinaan di hadapan Robbnya. Apabila hatinya khusyu’, maka
anggota tubuh lainnya akan mengikuti.”
Khusyu’ dalam sholat menjadi kadar kesempurnaan sholat seseorang.
Apabila khusyu’ diibaratkan dengan thuma’ninah, maka khusyu’ adalah rukunnya.
_____________________
B.
KIAT-KIAT MENGGAPAI KEKHUSYU’-AN DALAM SHOLAT
Ibnul
Qoyyim rohimahulloh menyebutkan kiat-kiat menggapai kekhusyu’an dalam sholat
yang tertulis dalam risalah beliau yang berjudul “Sepucuk Surat dari Ibnul
Qoyyim Kepada Salah Seorang Kawannya”.
Beliau
mulai dengan membawakan sebuah hadits, “Yaa Bilal, aqimish sholah, arihnaa
bihaa (Wahai Bilal, dirikanlah sholat, istirahatkanlah kami dengannya.” [HR.
Abu Dawud, No. 4985]
Dari
Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda, ““Wanita dan minyak wangi dijadikan sebagai kecintaanku dari
dunia ini. Ada pun shalat dijadikan sebagai penyejuk mataku.” (HR. Ahmad,
3/128)
Jadi,
sholat bagi seorang hamba harusnya menjadi:
-
TEMPAT DIA BERISTIRAHAT, dan
-
PENYEJUK MATANYA
Dia merasa senang untuk selalu berada dalam sholat karena ia menyadari
ia sedang berada dalam posisi yang agung dan bermunajat kepada Robbnya.
Ibnu
Qoyyim berkata, “Sholat menjadi penyejuk mata dan tempat ia beristirahat dengan
sholat apabila dia hadirkan 6 penghayatan pada dirinya.” Enam penghayatan yang
beliau sebut ini adalah kaidah yang berlaku untuk seluruh ibadah, tapi dalam
risalah ini beliau tujukan untuk sholat.
6
penghayatan tersebut antara lain :
[1].
Menghadirkan Keikhlasan
Menghadirkan
keikhlasan adalah faktor pendorong seseorang mendirikan sholat yang muncul
karena kecintaannya kepada Alloh, ingin mendekat kepada-NYA, ingin mendapatkan
kecintaan-NYA, menunaikan perintah-NYA. Ikhlas berarti maknanya tidak boleh
mencari dalam bentuk apa termasuk perkara dunia di belakang sholat. Contoh :
mendirikan sholat karena ingin mendapatkan manfaat sholat ditinjau dari sisi
kesehatan.
Apabila
hal ini yang menjadi dasar ia mendirikan sholat, maka –insya Alloh- akan indah
dan sejuk sholatnya, serta sholatnya hanya mengingatkannya kepada Alloh dan
negeri akhirat.
[2].
Menghadirkan Kejujuran dan An-Nushhu (Nasihat) dalam Hatinya
Kata
nasihat dalam bahasa Indonesia diambil dari Bahasa Arab, yaitu dari kata
An-Nushhu artinya memurnikan sesuatu, mengedepankan memberikan sesuatu kepada
orang lain dengan sebaik mungkin.
Contoh
:
Dalam
ungkapan orang Arab : Nashohtu ‘asl (Saya menasehati madu) Menggunakan nashohtu
apabila maknanya madu tersebut telah dia bersihkan dengan sebersih-bersihnya.
Dalam
hadits : Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu ’anhu,
sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Ad-Diin
An-Nashiihah.” Kami (sahabat) bertanya, ”Untuk siapa?” Beliau berkata, ”Untuk
Alloh, kitab-Nya, Rosul-Nya, pemimpin-pemimpin umat islam, dan untuk seluruh
muslimin.” (HR.Bukhari dan Muslim) Maksud ‘Nasihat untuk Alloh dan Rosul-NYA’
adalah seorang hamba menegakkan atau menunaikan semua hal yang merupakan hak
Alloh atas hamba-NYA.
Dalam
sholat dia membangun kadar kejujurannya, mengosongkan hatinya hanya untuk
Alloh, mengumpulkan seluruh semangat hatinya untuk melaksanakan sholat sebaik
dan sesempurna mungkin. Mengerahkan seluruh kemampuannya untuk sholatnya karena
tidak ada yang bisa menjamin dirinya dalam sholat bisa menghayati sholat dari
awal hingga akhir.
Ibnu
Qoyyim berkata, “Sholat memiliki dhohir dan bathin. Keduanya ibarat ruh dengan
badan. Tidak bisa dipisahkan. Jika keduanya bersatu, maka sholatnya hidup.”
Maksudnya dhohir dan bathin adalah ada amalan dhohir dan amalan bathin yang
harus dijaga.
Amalan
Dhohir ==> Berupa gerakan dari takbirotul ihrom –- salam dan bacaan-bacaan sholat
yang dia perdengarkan
Amalan
Bathin ==> Dia menjaga kekhusyu’annya, rasa muroqobahnya (merasa diawasi Alloh),
mengosongkan hatinya hanya untuk Alloh
Semakin sempurna dhohir dan bathinnya dalam sholat, maka akan semakin tinggi
derajat sholatnya sehingga sholatnya itu menjadi cahaya untuknya sebagaimana
Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang menjaga shalat
lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang
tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak
mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman,
dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad, 2 / 169)
[3].
Selalu Memposisikan Dirinya Sebagai Orang yang Mencontoh Nabi-NYA
Dia
sholat sebagaimana Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam sholat. Jika sesuai
Sunnah, menghayati sifat sholat Nabi secara lengkap, dan memahaminya, maka hal
itu menjadi sebab yang akan memberikan pengaruh khusyu’ yang luar biasa dalam
sholatnya. Kaidah dalam ibadah adalah ittiba’. Ketika dia sholat sesuai dengan
Sunnah Nabi-NYA, dia menghadirkan dalam sholatnya bahwa dia sedang mengikuti
Sunnah Nabi-NYA. Demikian pula ketika membaca ayat Al-Qur’an dia menghadirkan
pemahamannya bahwa Alloh akan meminta pertanggungjawaban seluruh manusia pada
hari Kiamat kelak tentang bagaimana dia menjawab seruan Nabi-NYA. Salah satu
bukti ittiba’nya kepada Rosululloh adalah sholatnya yang sesuai Sunnah. Kalau
dia sholat dengan baik sesuai Sunnah Nabi-NYA, maka hal itu juga memberikan
pengaruh ketika menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur nanti tentang “Siapa
Nabimu?” (maksudnya dia mampu menjawab pertanyaan tersebut karena semasa
hidupnya dulu yang menjadi panutannya dalam beribadah adalah Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wa Sallam dan yang mendorong dia melakukan hal itu karena
dia mengenal siapa Nabi-NYA)
[4].
Menghayati tentang Makna Ihsan
Menghayati
ihsan yang bermakna muroqobah (merawa diawasi Alloh). Makna ini ditafsirkan
sendiri oleh Rosululloh dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari jalan ‘Umar bin
Khottob, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, jika engkau tidak melihatnya, maka Dia melihat engkau.”
Ihsan
ada 2 derajat, yaitu :
1).
Derajat dimana seorang hamba seakan-akan melihat Alloh karena kuatnya iman,
ilmunya terhadap Nama-nama dan Sifat Alloh, serta ilmunya terhadap Tauhid
Uluhiyah.
Derajat ini merupakan derajat yang lebih tinggi dan paling agung dari
derajat ihsan jenis kedua. Jika seorang hamba mampu menghadirkan derajat ini
dalam sholatnya, dimana dia mempersaksikan hal itu dengan hatinya, dia
beribadah seakan melihat Robb-NYA ber-istiwa’ di atas ‘Arsy, dia tahu bahwa
amalan-amalannya kelak akan dihadapkan kepada Alloh, maka dia akan memperbaiki
keberadaan dirinya. Apalagi jika dia memahami ASMA’UL HUSNA yang hal itu bisa
melahirkan derajat ihsan.
2)
Derajat dimana Alloh pasti melihat hamba- NYA
Ihsan adalah AMALAN HATI. Jika ini ada, maka akan lahir sifat-sifat
lainnya, seperti rasa malu, cinta, tawakal, tawadhdhu’, merendah di hadapan
Robb-NYA, pemutus rasa was-was, dan lain-lain. heart emotikon
[5].Menghayati
bahwa yang dilakukannya adalah Nikmat dari Alloh (Masyhad Al-Minnah)
Minnah
artinya menghayati yang dia lakukan adalah nikmat dan anugerah dari Alloh.
Jadi, dia menghayati yang menjadikan dirinya bisa menegakkan sholat, diberi
taufiq dengan hati dan badannya untuk bisa berkhidmat adalah semata-mata karena
nikmat dari Alloh dan dia bersyukur atas nikmat tersebut. Para sahabat berkata,
“Demi Alloh, andai bukan karena Alloh, kami tidak akan mendapat HIDAYAH. Jika
bukan karena Alloh kami tidak bersedekah, tidak sholat.” Dalam Al-Qur’an,
“Mereka merasa memiliki minnah ketika masuk Islam bersama Rosululloh. Maka,
Nabi diperintah untuk berkata, ‘Jangan kalian merasa memiliki minnah keislaman
kalian terhadapku. Bahkan yang benar adalah Alloh lah yang memberi minnah
dengan keimanan kepada kalian jika kalian benar-benar jujur.’ “
Nabi
Ibrohim ‘alaihissalam berdo’a, “Ya Alloh jadikanlah kami, keluarga kami dan
keturunan kami sebagai orang-orang yang ber-Islam dan dari keturunan kami
sebagai umat yang ber-Islam kepadaMU.” Beliau juga berdo’a, “Ya Alloh,
jadikanlah kami dan keluarga kami sebagai orang yang menegakkan sholat.”
Menyadari
nikmat diberikan taufiq oleh Alloh untuk mengerjakan sholat, terkadang membuat
para sahabat terharu dan menangis. Betapa besar anugerah yang Alloh berikan
kepada para sahabat. Sebagian Salaf, apabila mereka membaca Surot Ar-Rohman,
lalu sampai pada ayat ‘Fabi ayyiaa laa ‘irabbikumaa tukadzdzibaan’ ditengah
peneybutan nikmat-nikmat Alloh, maka mereka tidak bisa menjawab dan hanya
menangis. “Tidak ada, Wahai Robb kami dari nikmatmu yang kami dustakan.”
Tidak semua orang diberikan taufiq untuk melakukan sholat. Demikian
pula tidak semua orang yang sholat diberika taufiq oleh Alloh untuk khusyu’
dalam sholatnya. Semakin seorang hamba bersyukur, maka semakin Alloh tambah
nikmat untuknya.
Jika
seorang hamba menghadirkan masyhad minnah dalam sholatnya, maka akan lahir
manfaat-manfaat, yaitu :
- Hilang rasa ujub darinya karena dia menyadari dia bisa melakukan sholat semata-mata karena anugerah dari Alloh. Lalu dia pun bersyukur kepada Robbnya, merendah, dan meminta agar ditambahkan nikmat untuknya.
- Menyanjung dan memuji Robb-NYA
[6].
Menghadirkan Perasaan Merasa Kurang dalam Beribadah
Seberusaha
dan sesunggguh apa pun seorang hamba mengerahkan seluruh kemampuannya
untuk sholatnya, tetap dia adalah orang yang kurang dalam pengagungan kepada
Robb-NYA, menegakkan kewajibannya kepada Robb-NYA karena hak Alloh atas hamba
lebih agung dan lebih besar.
Hal penting yang harus dijaga seorang hamba dalam ibadahnya adalah
seseorang jangan pernah merasa telah berbuat sesuatu dalam ibadahnya. Hendaknya
dia selalu merasa kurang, merasa lemah, merasa belum benar apa yang dia
kerjakan sehingga tumbuh keinginan untuk terus memperbaiki ibadahnya yang hal
itu bisa mengantarnya kepada kekhusyu’an.
Kaidah-kaidah
yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim adalah kaidah-kaidah yang sangat mendalam dan
indah maknanya yang bisa membantu seseorang untuk khusyu’ dalam sholatnya.
Khusyu’ dalam sholat mempunyai beberapa sebab selain kaidah-kaidah yang
disebutkan oleh Ibnul Qoyyim di atas.
= = = = = =
Berikut
ini tambahan yang dijelaskan oleh Ustadz terkait hal-hal yang bisa membantu
seorang hamba untuk khusyu’ dalam sholatnya. Apa yang disebutkan oleh Ustadz
juga mencakup apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim.
[1].
Mempunyai Ma’rifatulloh
Dia
mengenal Robb-NYA dalam hal ASMA’ WA SHIFAT, ULUHIYAH dan RUBUBIYAHNYA.
Rububiyah
Maknanya adalah mengesakan Alloh sebagai satu-satunya Dzat yang menciptakan,
menghidupkan, mematikan, memberikan risky, yang menguasai, yang menolak bahaya,
yang mendatangkan manfaat.
Uluhiyah
Maknanya adalah mengesakan Alloh sebagai satu-satunya Dzat yang berhak
diibadah, semua ibadah dilakukan hanya untuk Alloh baik itu berupa perasaan
cinta, takut, harapan, tawakal, isti’anah (memohon pertolongan), dan selainnya.
Asma’
wa Shifat Maknanya mengenal nama-nama dan sifat Alloh yang indah. Kapan
seorang hamba MENGENAL ROBB-NYA, maka itu adalah pintu yang paling utama untuk
bisa khusyu’ dalam sholat dan ibadah lainnya. Ma’rifatulloh adalah ad-diin para
Nabi dan Rosul yang menyebabkan mereka khusyu’ dalam beribadah.
Contoh
:
Rosululloh
Shollallohu ‘alaihi wa Sallam sebagai orang yang paling khusyu’ dalam ibadahnya
karena beliau adalah orang yang paling mengenal Robb-NYA.
Mengenal
Alloh dengan ilmu agama. Sholat orang yang berilmu, yang mengenal Robb-NYA,
mengenal 3 tauhid akan berbeda dengan orang yang tidak seperti itu. Hal itu
adalah kadar yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya, yang menjadikan
manusia berjenjang-jenjang di dalamnya, dan ilmu yang menentukan derajat
seorang hamba.
Contoh
:
1).
Dalam pembahasan cinta kepada Alloh mencakup di dalamnya pembahasan tentang
kedudukan cinta kepada Alloh, keagungan cinta kepada Alloh, bagaimana seseorang
dikatakan cinta kepada Robb-NYA, apa saja sebab-sebab yang menambah kecintaan
kepada Robb-NYA. Kalau semua point-point ini yang baru dalam satu pembahasan
saja dia terapkan dalam sholatnya, maka bagaimana kondisi atau keberadaan
seseorang dengan sholatnya dalam penghayatan yang seperti itu???
Orang
yang mencintai sesuatu akan bergembira jika bertemu dengan sesuatu yang
dicintai. Kadang disertai dengan linangan air mata juga. Kalau kecintaan
seorang hamba kepada Robb-NYA besar, maka dia akan merasakan sesuatu yang lebih
indah dari itu.
2).
Dalam pembahasan khosyah (takut), tawakal merupakan pembahasan yang agung
dikalangan ‘ulama. Oleh karena itu, semakin seorang hamba mendalam dalam
memahami TAUHID, ASMA’UL HUSNA, maka itu semua akan menjadi sebab yang sangat
membantunya untuk khusyu’ dalam sholat.
[2].
Menghadirkan Keagungan Sholat
Keagungan
sholat :
- Awal kali penerapannya sebanyak 50 roka’at 5 roka’at dengan pahalanya 50 sholat ;
- Sholat adalah ibadah yang pertama kali ditanya di hari kiamat kelak ;
- Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam melarang untuk memalingkan mukanya ketika sholat
Lalu
bagaimana kita bisa tahu tentang keagungan sholat? Jawabannya dengan sering
membaca pembahasan keutamaan sholat yang dengan hal itu akan tertanam dalam
dirinya besarnya ibadah sholat sehingga dia selalu berusaha menjaga sholatnya,
menyempurnakannya. Contoh : Kitab Ta'dzim Qodrish Sholah karya Muhammad bin
Nashr Al Marwazi, Shohih Targhib wa Tarhib dalam bab sholat.
Pengaruh
lain dari mengetahui makna keagungan sholat adalah dia merasa bergembira ketika
mendengar adzan dikumandangkan. Bahkan ada yang sebelum adzan dikumandangkan
sudah menunggu di masjid. Ibarat menunggu orang yang dicintai.
Hamba yang memiliki kecintaan, perhatian, dan pengagungan yang baik
kepada sholat, maka dia akan bersiap-siap untuk sholat tersebut.
[3].
Bersiap untuk Mengerjakan Sholat
Kalau
mau masuk sholat, tapi dia belum memiliki persiapan. Kadang hal itu menyebabkan
dirinya sulit untuk mengontrol hatinya agar kosong dari selain kepada Alloh
yang hal itu dapat membantunya untuk khusyu’ dalam sholat.
Sebelum
masuk waktu sholat, dia sudah berwudhu’, berdzikir, merenungkan bahwa dia akan
berdiri di hadapan Robbnya dalam sholatnya nanti.
Termasuk keindahan syari’at ini adalah sebelum memulai sholat
terlebih dahulu ada azan, kemudian antara azan dan ‘iqomah ada sholat sunnah 2
roka’at, sholat rowatib, ketika masuk masjid disunnahkan untuk sholat tahiyyatul
masjid dahulu, ada do’a ketika berjalan menuju masjid, do’a ketika masuk masjid
yang semua itu merupakan persiapan-persiapan untuk masuk ke dalam sholat. Semua
itu indah kalau kita renungi maknanya.
Akan
tetapi, itu semua banyak dilalaikan manusia. Oleh karena itu, kadar sholat yang
didapatkan kurang maksimal.
Syaikh
Abdul Muhsin Al-‘Abbad pernah bercerita kalau dulu pernah ada orang yang sudah
lanjut usia selama puluhan tahun selalu menjaga sholat berjama’ahnya. Suatu
hari orang tersebut luput dari mengikuti sholat berjama’ah di masjid karena
tertidur. Maka, dia pun menangis. Padahal orang tua tersebut mendapatkan udzur
dengan tertidurnya dia.
Demikianlah,
orang yang terbiasa dan cinta kepada sholat, dia akan merasakan kesedihan yang
sangat mendalam ketika suatu hari dia terluput dari kebiasaannya. Tapi, yang
seperti ini butuh pembiasaan sehingga Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, “Siapa yang menghadiri sholat berjama’ah tidak luput darinya
takbirotul ihrom selama 40 hari, maka dia selamat dari kemunafikan.”
(Al-Hadits)
[4].
Memperhatikan Fiqh Sholat
Maksudnya
mempelajari fiqh sholat dengan baik sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qoyyim di
atas tentang penghayatan terhadap mutaba’ah dan ittiba’ dalam sholat. Caranya
dengan mempelajari sifat sholat Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, termasuk
apa yang beliau baca karena semua itu akan memberikan pengaruh yang sangat
besar jika seorang hamba sholat dengan ittiba’.
Contoh
1 :
Makna
takbir dalam takbirotul ihrom. Takbir dalam sholat ada 2, yaitu (1) takbir yang
hukumnnya wajib seperti takbir perpindahan, dan (2) takbir sunnah, yaitu takbir
bagi orang yang masbuk. Makna
lafazh “Allohu Akbar” yang didalamnya terdaat nama Alloh (Asma’ul Husna) dimana
kata ‘ulama bahwa 3 nama ini, yaitu Alloh, Ar-Rohman, Ar-Robb dimana seluruh
Asma’ul Husna kandungannya kembali kepada 3 nama ini. Kata “Alloh” sendiri
berasal dari makna Al-Ma’bud.
Allohu Akbar
=>
Allohu = Sudut ke-esaan Alloh dalam 5 perkara, yaitu dalam :
- Rububiyah,
- Uluhiyah,
- Asma wa Shifat,
- Agama dan Syari’atnya, dan
- Ketentuan dan Takdirnya yang kelima hal ini dia hadirkan dalam sholatnya.
=>
Akbar = Asma’ul Husna
Betapa
indahnya jika kita bisa memahami bacaan sholat kita. Penjabaran di atas akan
semakin indah jika memahaminya dengan mempelajari Tauhid dan Asma’ul Husna. Termasuk hal yang PENTING bagi seseorang yang mempelajari
Sunnah untuk menekuni pembahasan Tauhid dan Asma’ul Husna.
Sebuah nama dari nama-nama Alloh yang indah, jika dia pahami, paling
tidak akan terdapat sekurang-kurangnya 3 hal, yaitu :
- Dia tetapkan nama untuk Alloh. Contoh : Al-Hayyu (Maha Hidup) kita tetapkan sebagai nama untuk Alloh ;
- Dia meyakini sifat yang terkandung dalam nama Alloh. Contoh : Kita tetapkan dari sifat Al-Hayyu itu sifat kehidupan, kekal,
- Dia meyakini konsekuensi dari nama Alloh yang indah tersebut. Contoh : Apabila Alloh Al-Hayyu, maka konsekuensi dari nama tersebut Alloh maha sempurna, tidak ada kekurangan, dan lain-lain.
Ilmu mengenai nama dan sifat Alloh adalah ilmu yang sangat agung.
KAIDAH POKOKNYA semua ilmu yang terkait dengan Alloh adalah ilmu yang paling
utama SEBAB tidak ada yang lebih agung dan lebih besar dari Alloh. Dalam
Al-Qur’an, “Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?"
Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.” (QS. Al-An’am
: 19)
Contoh
2 :
Dalam
Takbirotul Ihrom, dia mulai sesudah takbir dengam do’a istiftah. Istiftah punya
banyak do’a.
Termasuk hal yang membantu kekhusyu’annya adalah dengan
MENSELANG-SELING membacanya SEBAB jiwa manusia apabila sudah terbiasa dengan
bacaan tertentu, maka dia akan mampu membacanya tanpa berpikir lagi. Demikian
juga dalam sholat sunnah yang seringnya di roka’at ke-1 membaca Al-Kafirun,
roka’at ke-2 Al-Ikhlash.
Pada akhirnya karena sudah sering membacanya dalam
setiap sholat sunnahnya, maka dia pun membacanya sembari pikirannya berjalan
kemana-mana. Sebaliknya, kalau dia sering menyelang-nyeling bacaannya, maka itu
yang dia biasakan. Bacaan yang itu-itu saja akan menyebabkan seseorang kurang
bisa khusyu’ dalam sholat.
Pada
sesuatu yang DISUNNAHKAN bagi kita untuk membacanya, maka itu yang wajib bagi
kita untuk lebih memfokuskanny, seperti dalam sholat sunnah 2 roka’at sebelum
shubuh pada roka’at ke-1 membaca Al-Kafirun, roka’at ke-2 membaca Al-Ikhlash.
Membaca surat lain tidak mengapa, tapi membaca dengan suroh yang sesuai Sunnah,
maka itu yang lebih AFDHOL. Pada sebagian bacaan, ada beberapa pilihan dan
diantara berbagai pilihan, ada yang paling baik dibaca dan yang paling baik
yang paling banyak di abaca. Ada pun bacaan yang lainnya, dia lakukan
kadang-kadang.
Contoh
3 :
Bacaan
salam ada beberapa kaifiyat, tapi yang seringnya adalah assalamu’alaykum wa
rohmatulloh (kanan), assalamu’alaykum wa rohmatulloh (kiri). Jadi,
dasar kaidahnya adalah yang paling banyak dikerjakan Nabi itu yang kita
prioritaskan. Jangan dibalik. Oleh
karena itu, MUTABA’AH ada ketentuannya dalam rangka ittiba’. Ittiba’ banyak
bisa banyak dalam hal sifat, jumlah, tempat, dan sebagainya yang ini ada
bahasannya dalam ilmu Ushul Fiqh, Qowaidh Fiqhiyyah.
Contoh
4 :
Dalam
hal isti’adzah (memohon perlindungan kepada Alloh) juga perlu ilmu terkait
maknanya, bagaimana pentingnya perlindungan Alloh kepada hamba, bahaya Syaithon
agar dia benar-benar serius dalam ber-isti’adzah.
Contoh
5 :
Bacaan
bismillaahirrohmanirrohiim juga demikian.
Contoh
6 :
Membaca
Al-Fatihah. Dia mempelajari TAFSIRNYA karena suroh ini kita baca minimal 17x
dalam sehari sehingga WAJIB bagi kita untuk menghadirkan makna dari surat ini
dalam sholat kita. Orang-orang yang memahami kandungan Al-Fatihah akan
terlihat. Contoh sebagian Salaf kadang-kadang terlihat pada mereka yang tidak
mampu menyelesaikan bacaan Al-Fatihahnya, berhenti ketika sampai pada ayat
“iyyaka na;budu wa iyyaka nasta’ain” karena luar biasa dalamnya makna ayat
tersebut dan karena mereka betul-betul memahami kandungannya. Al-Fatihah adalah
pokok dari Al-Qur’an.
Oleh karena itu, kata sebagian para ‘ulama bahwa seluruh kandungan
Al-Qur’an kembali kepada Al-Fatihah dan seluruh kandungan Al-Fatihah kembali
kepada ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Ketika seorang hamba
mempelajari ini semua, maka itu akan menjadi sebab yang membantunya untuk
khusyu’. heart emotikon
Contoh
6 :
Pada
ayat “Ihdinash Shiroothol Mustaqiim”. As-Shiroth ditafsirkan oleh para ‘ulama
dengan 2 penafsiran, yaitu :
- Penafsiran secara ma’nawi : artinya berarti jalan yang lurus di dunia dan akhirat
- Bermakna jalan yang tidak bisa dilihat dengan pandangan mata. Harus dilalui pada hari kiamat yang dihamparkan di atas Neraka Jahannam, yang lebih tipis dari rambut, dan lebih tajam dari pedang.
Kalau
seseorang mengetahui 2 penafsiran atas ayat “ihdinash shirothol mustaqim”.
Kira-kira bagaimana kondisi orang yang sholat dalam kondisi dia memahami bacaan
tersebut dengan makna di atas???? Berbeda khusyu’nya dengan orang yang tidak
memahami makna tersebut.
Memperhatikan
bacaan sholat adalah sesuatu yang penting.
Ketika seseorang membaca Al-Fatihah dalam sholatnya, maka sudah seharusnya ia memiliki ilmu tentang Kalamulloh sehingga dalam sholatnya nanti ia seakan-akan melihat Alloh sedang berfirman dan berbicara kepadanya. Karena sesungguhnya Alloh Ta'ala menampakkan dirinya kepada hamba-NYA melalui firman-NYA dan ini hanya terwujud dari seorang hamba yang memiliki BASHIROH dan tidak memiliki penyakit di hatinya. Dan apabila Alloh memberikannya mata hati yang sehat, maka ia akan bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Dan semestinya seorang hamba menghabiskan waktunya untuk memperhatikan Kalamulloh. Dan semakin sehat hatinya, maka dia akan semakin tahu perbedaan gerakan dan bacaan dalam sholat antara yang satu dengan lainnya.
[ Faidah dari Al-Ustadz Abdul Barr dalam Pembahasan "Asroru Sholah" ]
:
Mempelajari
dan memahami kandungan bacaan sholat, tidak cukup 1, 2,3 hari saja. Tapi,
ketika dia mempelajarinya, paling tidak dia memiliki gambaran umumnya, apa
faidah di belakangnya yang itu semua membantu kekhusyu’annya.
Memahami
makna dari GERAKAN-GERAKAN sholat dan tata cara sholat.
Contoh
7 :
Mengangkat
tangan ketika takbirotul ihrom bisa sejajar bahu atau kedua telinga. Kalau dia
selang-seling melakukannya, maka akan membuat hatinya lebih mudah khusyu’.
Kalau dia sudah terbiasa dengan cara takbir tertentu, maka ketika berdiri, dia
aka langsung takbir saja tanpa berpikir lagi apa maknanya. Pada sebagian gerakan
sholat ada maknanya, Contoh : Tasyahhud yang lebih tajam bagi syaithon.
Contoh
8 :
Posisi
meletakkan kedua tangan bisa dengan digenggam, bisa juga dengan diletakkan.
Kaifiyat
sholat yang seperti ini adalah dari Alloh yang disampaikan kepada Nabi-NYA
shollallohu ‘alaihi wa Sallam sehingga kita cinta untuk melaksanakan perintah
Alloh. Kalau kita bisa merenungi makna dari gerakan sholat dan bacaannya, maka
akan membuat hati kita terjaga. Ini yang membuat sholat menjadi tempat
ISTIRAHAT dan ia merasa SEJUK dengan sholatnya. “Sesungguhnya sholat mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar” akan muncul ketika seseorang telah memahami
dan merenungkan kandungan dalam sholat yang dengan 2 hal itu menambah
keimanannya sehingga mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar.
Demikian
juga memahami dan merenungkan faidah dari fiqih sholat yang dituntunkan
syari’at. Contoh : Sutroh manfaatnyas supaya seseorang berkonestrasi dan tidak terganggu
dengan orang yang lalu lalang di depannya yang bisa ganggu kekhusyu’annya.
Ketika
membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kita diberikan kebebasan memilih apa yang kita
kehendaki. Dan bacaan ayat Al-Qur’an tersebut dalam sholat memiliki ahkam dalam
masalah fiqih. Tapi, hendaknya kita membaca dengan bacaan yang diperintah oleh
Nabi sehingga membantu kita untuk khusyu’.
[5].
Menghadirkan Keagungan akan Rendahnya Dunia
Ini
harus ada dalam hati setiap hamba. Kalau dia mendatangi sholat dalam keadaan
sangat baik pemahamannya terhadap Negeri Akhirat, maka tidak akan tersisa
kehinaan dunia di dalam hatinya yang akan menganggunya. Tapi, manusia tidak
luput dari gemerlap dunia karena Nabi shollallohu ‘alaihi wa Sallam saja juga
pernah merasakannya melalui sabda beliau, “… Singkirkan tirai yang ada gambar
kudanya tersebut. Sesungguhnya hal itu telah melalaikan aku dari sholatku.”
(Al-Hadits).
[6].
Menghadirkan bahwa Sholatnya Kali Ini adalah Sholat Terakhirnya dan Sholat
Perpisahannya.
Artinya
seseorang banyak mengingat kematian. Dalam riwayat Ibnu Majah, Rosullloh
Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “"Jika engkau hendak melakukan
shalat, maka shalatlah seakan-akan itu adalah shalat perpisahanmu.” Artinya
berarti kesempatan terakhirnya untuk taubat, memohon Surga, rahmat Alloh.
Apabila dia menjadikan sholatnya kali ini sebagai sholat terakhirnya dan sholat
perpisahannya, serta apabila dia seorang yang berakal, maka dia akan berusaha
bagaimana supaya sholatnya menjadi penggugur dosanya, yang menjamin dia masuk
ke Surga yang ini semua membantu untuk khusyu’.
[7].
Berusaha Menjauhkan Hatinya dengan Hal-hal yang Bisa Mentirai Hatinya dengan
Alloh
" Orang yang banyak melakukan kemaksiatan tidak akan merasakan kedekatannya kepada Alloh, walaupun dia melakukan amalannya dengan IKHLAS karena kemaksiatannya itu menjadi tabir penghalang antara dirinya dengan Alloh. "
[ Faidah dari Al Ustadz Abdul Mu'thi Al-Maidaniy ]
Ada
banyak sebabnya, yaitu antara lain :
- Dosa dari penampilan dhohirnya, seperti anggota tubuhnya ;
- Dosa bathin, yaitu hati, bid’ah, hal-hal yang menyelisihi syari’at, akhlak tercela seperti hasad, ujub, dan lain-lain.
Bisa
dilihat di pembahasan Ibnul Qoyyim "10 Tirai yang Menghalangi Manusia dari
Alloh."
_______________________
C.
PENUTUP
Masih
banyak hal-hal lain yang membantu kekhusuyu’an. Tapi, pembahasan yang disebut
di sini adalah pokoknya. Dan diantara hal lain yang juga menjadi sebab
kekhusyu’annya adalah dia memasuki sholat dalam kondisi dirinya bermuhasabah
tentang kesalahan-kesalahannya.
Termasuk
tabiat jiwa apabila dia sering menghitung-hitung kesalahannya sendiri, lalu dia
berusaha memperbaiki apa yang ada pada dirinya, maka jiwa ini akan terdidik dan
tunduk yang itu semua menjadi sebab kekhusyu’annya. Dalam sholatnya dia
memasuki sholat untuk
-
Memperbaiki Dirinya ;
-
Meluruskan Langkahnya ;
-
Menjadi Hamba yang Lebih Baik dan dicintai Alloh
[ Faidah dari Al-Ustadz Dzulqornain M. Sunusi hafizhahullah, 2014 ]
_____________________________________________________________________
Rekaman
: Menggapai Kekhusyukan dalam Sholat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar