Jumat, 17 April 2015

Kiat-kiat Menggapai Kekhusyu'-an dalam Sholat




Bismillaahirrohmanirrohiim
" Barang siapa diantara kalian yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, hendaknya ia lakukan. "  
[ HR. Muslim, 4 / 1726 ]
___________________________________________________




Khusyu’ adalah sifat yang merupakan
- ciri keimanan,
- sebab digugurkannya dosa,
- sebab pengampunan,
- pahala yang besar.

Khusyu’ tidak terbatas pada sholat saja karena khusyu’ adalah sesuatu yang diperintahkan Alloh dalam semua bentuk ibadah.

Alloh terangkan sifat para Nabi-NYA : "Mereka yang berdo'a kepada Kami dengan penuh harapan dan rasa takut, dan mareka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami.” (Al-Anbiya': 90 )

Dari Abu Hurairoh rodhiyallahu ‘anhu dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Alloh pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-NYA, yaitu (salah satunya) : Orang yang berdzikir kepada Alloh dalam keadaan sendiri lalu berlinanglah air matanya karena menangis.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim). Orang tersebut menangis karena ada KHUSYU’ ketika mengingat Alloh.

Sifat Nabi-NYA yang lain, Alloh berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu sebelumnya jika dibacakan atas mereka (ayat-ayat Alloh) mereka sujud tersungkur dengan dagu-dagu mereka dalam kondisi sujud, mereka berkata, ‘Maha Suci Robb kami. Sungguh janji Robb kami pasti terlaksana.’ Mereka tersungkur dengan dagu-dagu mereka dalam kondisi menangis dan menambah kekhusyukkan mereka.” (Al Isro’ : 107-109)

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. SESUNGGUHNYA YANG DEMIKIAN ITU SUNGGUH BERAT kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-NYA”. (Al-Baqarah : 45-46) ‘Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat’ menunjukkan khusyu’ adalah sifat orang-orang yang menegakkan ibadah yang agung dan perkara yang besar.

________________

A. PENGERTIAN KHUSYU’

Alloh Ta’ala berfirman menerangkan khusyu’ dalam sholat, “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu’ dalam sholatnya.” (Al-Mu’minun : 1-2)

Dari Utsman bin ‘Affan rodhiyallohu ‘anhu dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ““Tidaklah seorang muslim yang mendapatkan waktu shalat wajib lalu dia memperbagus wudhunya, kekhusyu’annya dan ruku’nya, melainkan shalat itu menjadi kaffaroh (penghapus) bagi dosa yang telah lalu, selama dia tidak melakukan dosa besar, dan itu adalah sepanjang masa.” (HR. Muslim)

Khusyu’ secara bahasa artinya ketundukan, ketenangan. Dalilnya : “Dan pada hari kiamat, khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah. Tidak engkau dengar, kecuali hanya bisikan-bisikannya saja.” {QS. Thoha : 108)

Ada pun pengertian khusyu’ dikalangan ‘ulama :

- Imam Ibnu Rojab Al-Hanbaly : “Dasar sifat khusyu’ adalah lembut dan tenangnya hati, ketundukannya, bagaimana dia merendah. Jika hatinya sudah khusyu’, maka anggota tubuh lainnya akan mengikuti.” Jadi, letak khusyu’ adalah di hati dan yang menggambarkannya adalah anggota tubuhnya.

- Ibnul Qoyyim dalam Madarijus Salikin : “Khusyu’ adalah tegaknya hati dengan ketundukan dan penghinaan di hadapan Robbnya. Apabila hatinya khusyu’, maka anggota tubuh lainnya akan mengikuti.”

Khusyu’ dalam sholat menjadi kadar kesempurnaan sholat seseorang. Apabila khusyu’ diibaratkan dengan thuma’ninah, maka khusyu’ adalah rukunnya. 


_____________________

B. KIAT-KIAT MENGGAPAI KEKHUSYU’-AN DALAM SHOLAT

Ibnul Qoyyim rohimahulloh menyebutkan kiat-kiat menggapai kekhusyu’an dalam sholat yang tertulis dalam risalah beliau yang berjudul “Sepucuk Surat dari Ibnul Qoyyim Kepada Salah Seorang Kawannya”.

Beliau mulai dengan membawakan sebuah hadits, “Yaa Bilal, aqimish sholah, arihnaa bihaa (Wahai Bilal, dirikanlah sholat, istirahatkanlah kami dengannya.” [HR. Abu Dawud, No. 4985]

Dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ““Wanita dan minyak wangi dijadikan sebagai kecintaanku dari dunia ini. Ada pun shalat dijadikan sebagai penyejuk mataku.” (HR. Ahmad, 3/128)

Jadi, sholat bagi seorang hamba harusnya menjadi:
- TEMPAT DIA BERISTIRAHAT, dan
- PENYEJUK MATANYA

Dia merasa senang untuk selalu berada dalam sholat karena ia menyadari ia sedang berada dalam posisi yang agung dan bermunajat kepada Robbnya. 

Ibnu Qoyyim berkata, “Sholat menjadi penyejuk mata dan tempat ia beristirahat dengan sholat apabila dia hadirkan 6 penghayatan pada dirinya.” Enam penghayatan yang beliau sebut ini adalah kaidah yang berlaku untuk seluruh ibadah, tapi dalam risalah ini beliau tujukan untuk sholat.


6 penghayatan tersebut antara lain :

[1]. Menghadirkan Keikhlasan

Menghadirkan keikhlasan adalah faktor pendorong seseorang mendirikan sholat yang muncul karena kecintaannya kepada Alloh, ingin mendekat kepada-NYA, ingin mendapatkan kecintaan-NYA, menunaikan perintah-NYA. Ikhlas berarti maknanya tidak boleh mencari dalam bentuk apa termasuk perkara dunia di belakang sholat. Contoh : mendirikan sholat karena ingin mendapatkan manfaat sholat ditinjau dari sisi kesehatan.

Apabila hal ini yang menjadi dasar ia mendirikan sholat, maka –insya Alloh- akan indah dan sejuk sholatnya, serta sholatnya hanya mengingatkannya kepada Alloh dan negeri akhirat.



[2]. Menghadirkan Kejujuran dan An-Nushhu (Nasihat) dalam Hatinya

Kata nasihat dalam bahasa Indonesia diambil dari Bahasa Arab, yaitu dari kata An-Nushhu artinya memurnikan sesuatu, mengedepankan memberikan sesuatu kepada orang lain dengan sebaik mungkin.

Contoh :
Dalam ungkapan orang Arab : Nashohtu ‘asl (Saya menasehati madu) Menggunakan nashohtu apabila maknanya madu tersebut telah dia bersihkan dengan sebersih-bersihnya.

Dalam hadits : Dari Abu Ruqoyyah Tamiim bin Aus Ad-Daari rodhiyallohu ’anhu, sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Ad-Diin An-Nashiihah.” Kami (sahabat) bertanya, ”Untuk siapa?” Beliau berkata, ”Untuk Alloh, kitab-Nya, Rosul-Nya, pemimpin-pemimpin umat islam, dan untuk seluruh muslimin.” (HR.Bukhari dan Muslim) Maksud ‘Nasihat untuk Alloh dan Rosul-NYA’ adalah seorang hamba menegakkan atau menunaikan semua hal yang merupakan hak Alloh atas hamba-NYA.

Dalam sholat dia membangun kadar kejujurannya, mengosongkan hatinya hanya untuk Alloh, mengumpulkan seluruh semangat hatinya untuk melaksanakan sholat sebaik dan sesempurna mungkin. Mengerahkan seluruh kemampuannya untuk sholatnya karena tidak ada yang bisa menjamin dirinya dalam sholat bisa menghayati sholat dari awal hingga akhir.

Ibnu Qoyyim berkata, “Sholat memiliki dhohir dan bathin. Keduanya ibarat ruh dengan badan. Tidak bisa dipisahkan. Jika keduanya bersatu, maka sholatnya hidup.” Maksudnya dhohir dan bathin adalah ada amalan dhohir dan amalan bathin yang harus dijaga.

Amalan Dhohir ==> Berupa gerakan dari takbirotul ihrom –- salam dan bacaan-bacaan sholat yang dia perdengarkan

Amalan Bathin ==> Dia menjaga kekhusyu’annya, rasa muroqobahnya (merasa diawasi Alloh), mengosongkan hatinya hanya untuk Alloh

Semakin sempurna dhohir dan bathinnya dalam sholat, maka akan semakin tinggi derajat sholatnya sehingga sholatnya itu menjadi cahaya untuknya sebagaimana Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad, 2 / 169) 



[3]. Selalu Memposisikan Dirinya Sebagai Orang yang Mencontoh Nabi-NYA

Dia sholat sebagaimana Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam sholat. Jika sesuai Sunnah, menghayati sifat sholat Nabi secara lengkap, dan memahaminya, maka hal itu menjadi sebab yang akan memberikan pengaruh khusyu’ yang luar biasa dalam sholatnya. Kaidah dalam ibadah adalah ittiba’. Ketika dia sholat sesuai dengan Sunnah Nabi-NYA, dia menghadirkan dalam sholatnya bahwa dia sedang mengikuti Sunnah Nabi-NYA. Demikian pula ketika membaca ayat Al-Qur’an dia menghadirkan pemahamannya bahwa Alloh akan meminta pertanggungjawaban seluruh manusia pada hari Kiamat kelak tentang bagaimana dia menjawab seruan Nabi-NYA. Salah satu bukti ittiba’nya kepada Rosululloh adalah sholatnya yang sesuai Sunnah. Kalau dia sholat dengan baik sesuai Sunnah Nabi-NYA, maka hal itu juga memberikan pengaruh ketika menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur nanti tentang “Siapa Nabimu?” (maksudnya dia mampu menjawab pertanyaan tersebut karena semasa hidupnya dulu yang menjadi panutannya dalam beribadah adalah Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam dan yang mendorong dia melakukan hal itu karena dia mengenal siapa Nabi-NYA)



[4]. Menghayati tentang Makna Ihsan

Menghayati ihsan yang bermakna muroqobah (merawa diawasi Alloh). Makna ini ditafsirkan sendiri oleh Rosululloh dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari jalan ‘Umar bin Khottob, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya, maka Dia melihat engkau.”

Ihsan ada 2 derajat, yaitu :

1). Derajat dimana seorang hamba seakan-akan melihat Alloh karena kuatnya iman, ilmunya terhadap Nama-nama dan Sifat Alloh, serta ilmunya terhadap Tauhid Uluhiyah.
Derajat ini merupakan derajat yang lebih tinggi dan paling agung dari derajat ihsan jenis kedua. Jika seorang hamba mampu menghadirkan derajat ini dalam sholatnya, dimana dia mempersaksikan hal itu dengan hatinya, dia beribadah seakan melihat Robb-NYA ber-istiwa’ di atas ‘Arsy, dia tahu bahwa amalan-amalannya kelak akan dihadapkan kepada Alloh, maka dia akan memperbaiki keberadaan dirinya. Apalagi jika dia memahami ASMA’UL HUSNA yang hal itu bisa melahirkan derajat ihsan.

2) Derajat dimana Alloh pasti melihat hamba- NYA
Ihsan adalah AMALAN HATI. Jika ini ada, maka akan lahir sifat-sifat lainnya, seperti rasa malu, cinta, tawakal, tawadhdhu’, merendah di hadapan Robb-NYA, pemutus rasa was-was, dan lain-lain. heart emotikon



[5].Menghayati bahwa yang dilakukannya adalah Nikmat dari Alloh (Masyhad Al-Minnah)

Minnah artinya menghayati yang dia lakukan adalah nikmat dan anugerah dari Alloh. Jadi, dia menghayati yang menjadikan dirinya bisa menegakkan sholat, diberi taufiq dengan hati dan badannya untuk bisa berkhidmat adalah semata-mata karena nikmat dari Alloh dan dia bersyukur atas nikmat tersebut. Para sahabat berkata, “Demi Alloh, andai bukan karena Alloh, kami tidak akan mendapat HIDAYAH. Jika bukan karena Alloh kami tidak bersedekah, tidak sholat.” Dalam Al-Qur’an, “Mereka merasa memiliki minnah ketika masuk Islam bersama Rosululloh. Maka, Nabi diperintah untuk berkata, ‘Jangan kalian merasa memiliki minnah keislaman kalian terhadapku. Bahkan yang benar adalah Alloh lah yang memberi minnah dengan keimanan kepada kalian jika kalian benar-benar jujur.’ “

Nabi Ibrohim ‘alaihissalam berdo’a, “Ya Alloh jadikanlah kami, keluarga kami dan keturunan kami sebagai orang-orang yang ber-Islam dan dari keturunan kami sebagai umat yang ber-Islam kepadaMU.” Beliau juga berdo’a, “Ya Alloh, jadikanlah kami dan keluarga kami sebagai orang yang menegakkan sholat.”

Menyadari nikmat diberikan taufiq oleh Alloh untuk mengerjakan sholat, terkadang membuat para sahabat terharu dan menangis. Betapa besar anugerah yang Alloh berikan kepada para sahabat. Sebagian Salaf, apabila mereka membaca Surot Ar-Rohman, lalu sampai pada ayat ‘Fabi ayyiaa laa ‘irabbikumaa tukadzdzibaan’ ditengah peneybutan nikmat-nikmat Alloh, maka mereka tidak bisa menjawab dan hanya menangis. “Tidak ada, Wahai Robb kami dari nikmatmu yang kami dustakan.”

Tidak semua orang diberikan taufiq untuk melakukan sholat. Demikian pula tidak semua orang yang sholat diberika taufiq oleh Alloh untuk khusyu’ dalam sholatnya. Semakin seorang hamba bersyukur, maka semakin Alloh tambah nikmat untuknya. 

Jika seorang hamba menghadirkan masyhad minnah dalam sholatnya, maka akan lahir manfaat-manfaat, yaitu :
  1. Hilang rasa ujub darinya karena dia menyadari dia bisa melakukan sholat semata-mata karena anugerah dari Alloh. Lalu dia pun bersyukur kepada Robbnya, merendah, dan meminta agar ditambahkan nikmat untuknya.
  2. Menyanjung dan memuji Robb-NYA


[6]. Menghadirkan Perasaan Merasa Kurang dalam Beribadah

Seberusaha dan sesunggguh apa pun seorang hamba mengerahkan seluruh kemampuannya untuk sholatnya, tetap dia adalah orang yang kurang dalam pengagungan kepada Robb-NYA, menegakkan kewajibannya kepada Robb-NYA karena hak Alloh atas hamba lebih agung dan lebih besar.


Hal penting yang harus dijaga seorang hamba dalam ibadahnya adalah seseorang jangan pernah merasa telah berbuat sesuatu dalam ibadahnya. Hendaknya dia selalu merasa kurang, merasa lemah, merasa belum benar apa yang dia kerjakan sehingga tumbuh keinginan untuk terus memperbaiki ibadahnya yang hal itu bisa mengantarnya kepada kekhusyu’an.



Kaidah-kaidah yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim adalah kaidah-kaidah yang sangat mendalam dan indah maknanya yang bisa membantu seseorang untuk khusyu’ dalam sholatnya. Khusyu’ dalam sholat mempunyai beberapa sebab selain kaidah-kaidah yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim di atas.


= = = = = =


Berikut ini tambahan yang dijelaskan oleh Ustadz terkait hal-hal yang bisa membantu seorang hamba untuk khusyu’ dalam sholatnya. Apa yang disebutkan oleh Ustadz juga mencakup apa yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim.


[1]. Mempunyai Ma’rifatulloh

Dia mengenal Robb-NYA dalam hal ASMA’ WA SHIFAT, ULUHIYAH dan RUBUBIYAHNYA.

Rububiyah Maknanya adalah mengesakan Alloh sebagai satu-satunya Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberikan risky, yang menguasai, yang menolak bahaya, yang mendatangkan manfaat.

Uluhiyah Maknanya adalah mengesakan Alloh sebagai satu-satunya Dzat yang berhak diibadah, semua ibadah dilakukan hanya untuk Alloh baik itu berupa perasaan cinta, takut, harapan, tawakal, isti’anah (memohon pertolongan), dan selainnya.

Asma’ wa Shifat Maknanya mengenal nama-nama dan sifat Alloh yang indah. Kapan seorang hamba MENGENAL ROBB-NYA, maka itu adalah pintu yang paling utama untuk bisa khusyu’ dalam sholat dan ibadah lainnya. Ma’rifatulloh adalah ad-diin para Nabi dan Rosul yang menyebabkan mereka khusyu’ dalam beribadah.

Contoh :
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam sebagai orang yang paling khusyu’ dalam ibadahnya karena beliau adalah orang yang paling mengenal Robb-NYA.


Mengenal Alloh dengan ilmu agama. Sholat orang yang berilmu, yang mengenal Robb-NYA, mengenal 3 tauhid akan berbeda dengan orang yang tidak seperti itu. Hal itu adalah kadar yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya, yang menjadikan manusia berjenjang-jenjang di dalamnya, dan ilmu yang menentukan derajat seorang hamba.


Contoh :
1). Dalam pembahasan cinta kepada Alloh mencakup di dalamnya pembahasan tentang kedudukan cinta kepada Alloh, keagungan cinta kepada Alloh, bagaimana seseorang dikatakan cinta kepada Robb-NYA, apa saja sebab-sebab yang menambah kecintaan kepada Robb-NYA. Kalau semua point-point ini yang baru dalam satu pembahasan saja dia terapkan dalam sholatnya, maka bagaimana kondisi atau keberadaan seseorang dengan sholatnya dalam penghayatan yang seperti itu???

Orang yang mencintai sesuatu akan bergembira jika bertemu dengan sesuatu yang dicintai. Kadang disertai dengan linangan air mata juga. Kalau kecintaan seorang hamba kepada Robb-NYA besar, maka dia akan merasakan sesuatu yang lebih indah dari itu.

2). Dalam pembahasan khosyah (takut), tawakal merupakan pembahasan yang agung dikalangan ‘ulama. Oleh karena itu, semakin seorang hamba mendalam dalam memahami TAUHID, ASMA’UL HUSNA, maka itu semua akan menjadi sebab yang sangat membantunya untuk khusyu’ dalam sholat.



[2]. Menghadirkan Keagungan Sholat

Keagungan sholat :
  1. Awal kali penerapannya sebanyak 50 roka’at 5 roka’at dengan pahalanya 50 sholat ;
  2. Sholat adalah ibadah yang pertama kali ditanya di hari kiamat kelak ;
  3. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam melarang untuk memalingkan mukanya ketika sholat

Lalu bagaimana kita bisa tahu tentang keagungan sholat? Jawabannya dengan sering membaca pembahasan keutamaan sholat yang dengan hal itu akan tertanam dalam dirinya besarnya ibadah sholat sehingga dia selalu berusaha menjaga sholatnya, menyempurnakannya. Contoh : Kitab Ta'dzim Qodrish Sholah karya Muhammad bin Nashr Al Marwazi, Shohih Targhib wa Tarhib dalam bab sholat.

Pengaruh lain dari mengetahui makna keagungan sholat adalah dia merasa bergembira ketika mendengar adzan dikumandangkan. Bahkan ada yang sebelum adzan dikumandangkan sudah menunggu di masjid. Ibarat menunggu orang yang dicintai.

Hamba yang memiliki kecintaan, perhatian, dan pengagungan yang baik kepada sholat, maka dia akan bersiap-siap untuk sholat tersebut. 



[3]. Bersiap untuk Mengerjakan Sholat


Kalau mau masuk sholat, tapi dia belum memiliki persiapan. Kadang hal itu menyebabkan dirinya sulit untuk mengontrol hatinya agar kosong dari selain kepada Alloh yang hal itu dapat membantunya untuk khusyu’ dalam sholat.


Sebelum masuk waktu sholat, dia sudah berwudhu’, berdzikir, merenungkan bahwa dia akan berdiri di hadapan Robbnya dalam sholatnya nanti.



Termasuk keindahan syari’at ini adalah sebelum memulai sholat terlebih dahulu ada azan,  kemudian antara azan dan ‘iqomah ada sholat sunnah 2 roka’at, sholat rowatib,  ketika masuk masjid disunnahkan untuk sholat tahiyyatul masjid dahulu, ada do’a ketika berjalan menuju masjid, do’a ketika masuk masjid yang semua itu merupakan persiapan-persiapan untuk masuk ke dalam sholat. Semua itu indah kalau kita renungi maknanya. 



Akan tetapi, itu semua banyak dilalaikan manusia. Oleh karena itu, kadar sholat yang didapatkan kurang maksimal.

Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad pernah bercerita kalau dulu pernah ada orang yang sudah lanjut usia selama puluhan tahun selalu menjaga sholat berjama’ahnya. Suatu hari orang tersebut luput dari mengikuti sholat berjama’ah di masjid karena tertidur. Maka, dia pun menangis. Padahal orang tua tersebut mendapatkan udzur dengan tertidurnya dia.

Demikianlah, orang yang terbiasa dan cinta kepada sholat, dia akan merasakan kesedihan yang sangat mendalam ketika suatu hari dia terluput dari kebiasaannya. Tapi, yang seperti ini butuh pembiasaan sehingga Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa yang menghadiri sholat berjama’ah tidak luput darinya takbirotul ihrom selama 40 hari, maka dia selamat dari kemunafikan.” (Al-Hadits)



[4]. Memperhatikan Fiqh Sholat

Maksudnya mempelajari fiqh sholat dengan baik sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qoyyim di atas tentang penghayatan terhadap mutaba’ah dan ittiba’ dalam sholat. Caranya dengan mempelajari sifat sholat Nabi Shollallohu ‘alaihi wa Sallam, termasuk apa yang beliau baca karena semua itu akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika seorang hamba sholat dengan ittiba’.

Contoh 1 :
Makna takbir dalam takbirotul ihrom. Takbir dalam sholat ada 2, yaitu (1) takbir yang hukumnnya wajib seperti takbir perpindahan, dan (2) takbir sunnah, yaitu takbir bagi orang yang masbuk. Makna lafazh “Allohu Akbar” yang didalamnya terdaat nama Alloh (Asma’ul Husna) dimana kata ‘ulama bahwa 3 nama ini, yaitu Alloh, Ar-Rohman, Ar-Robb dimana seluruh Asma’ul Husna kandungannya kembali kepada 3 nama ini. Kata “Alloh” sendiri berasal dari makna Al-Ma’bud.

Allohu Akbar
=> Allohu = Sudut ke-esaan Alloh dalam 5 perkara, yaitu dalam :
  1. Rububiyah, 
  2. Uluhiyah, 
  3. Asma wa Shifat, 
  4. Agama dan Syari’atnya, dan 
  5. Ketentuan dan Takdirnya yang kelima hal ini dia hadirkan dalam sholatnya.

=> Akbar = Asma’ul Husna
Betapa indahnya jika kita bisa memahami bacaan sholat kita. Penjabaran di atas akan semakin indah jika memahaminya dengan mempelajari Tauhid dan Asma’ul Husna. Termasuk hal yang PENTING bagi seseorang yang mempelajari Sunnah untuk menekuni pembahasan Tauhid dan Asma’ul Husna.

Sebuah nama dari nama-nama Alloh yang indah, jika dia pahami, paling tidak akan terdapat sekurang-kurangnya 3 hal, yaitu :
  1. Dia tetapkan nama untuk Alloh. Contoh : Al-Hayyu (Maha Hidup) kita tetapkan sebagai nama untuk Alloh ;
  2. Dia meyakini sifat yang terkandung dalam nama Alloh. Contoh : Kita tetapkan dari sifat Al-Hayyu itu sifat kehidupan, kekal,
  3. Dia meyakini konsekuensi dari nama Alloh yang indah tersebut. Contoh : Apabila Alloh Al-Hayyu, maka konsekuensi dari nama tersebut Alloh maha sempurna, tidak ada kekurangan, dan lain-lain.

Ilmu mengenai nama dan sifat Alloh adalah ilmu yang sangat agung. KAIDAH POKOKNYA semua ilmu yang terkait dengan Alloh adalah ilmu yang paling utama SEBAB tidak ada yang lebih agung dan lebih besar dari Alloh. Dalam Al-Qur’an, “Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu.” (QS. Al-An’am : 19) 

Contoh 2 :
Dalam Takbirotul Ihrom, dia mulai sesudah takbir dengam do’a istiftah. Istiftah punya banyak do’a. 


Termasuk hal yang membantu kekhusyu’annya adalah dengan MENSELANG-SELING membacanya SEBAB jiwa manusia apabila sudah terbiasa dengan bacaan tertentu, maka dia akan mampu membacanya tanpa berpikir lagi. Demikian juga dalam sholat sunnah yang seringnya di roka’at ke-1 membaca Al-Kafirun, roka’at ke-2 Al-Ikhlash. 
Pada akhirnya karena sudah sering membacanya dalam setiap sholat sunnahnya, maka dia pun membacanya sembari pikirannya berjalan kemana-mana. Sebaliknya, kalau dia sering menyelang-nyeling bacaannya, maka itu yang dia biasakan. Bacaan yang itu-itu saja akan menyebabkan seseorang kurang bisa khusyu’ dalam sholat.



Pada sesuatu yang DISUNNAHKAN bagi kita untuk membacanya, maka itu yang wajib bagi kita untuk lebih memfokuskanny, seperti dalam sholat sunnah 2 roka’at sebelum shubuh pada roka’at ke-1 membaca Al-Kafirun, roka’at ke-2 membaca Al-Ikhlash. Membaca surat lain tidak mengapa, tapi membaca dengan suroh yang sesuai Sunnah, maka itu yang lebih AFDHOL. Pada sebagian bacaan, ada beberapa pilihan dan diantara berbagai pilihan, ada yang paling baik dibaca dan yang paling baik yang paling banyak di abaca. Ada pun bacaan yang lainnya, dia lakukan kadang-kadang.

Contoh 3 :
Bacaan salam ada beberapa kaifiyat, tapi yang seringnya adalah assalamu’alaykum wa rohmatulloh (kanan), assalamu’alaykum wa rohmatulloh (kiri). Jadi, dasar kaidahnya adalah yang paling banyak dikerjakan Nabi itu yang kita prioritaskan. Jangan dibalik. Oleh karena itu, MUTABA’AH ada ketentuannya dalam rangka ittiba’. Ittiba’ banyak bisa banyak dalam hal sifat, jumlah, tempat, dan sebagainya yang ini ada bahasannya dalam ilmu Ushul Fiqh, Qowaidh Fiqhiyyah.

Contoh 4 :
Dalam hal isti’adzah (memohon perlindungan kepada Alloh) juga perlu ilmu terkait maknanya, bagaimana pentingnya perlindungan Alloh kepada hamba, bahaya Syaithon agar dia benar-benar serius dalam ber-isti’adzah.

Contoh 5 :
Bacaan bismillaahirrohmanirrohiim juga demikian.

Contoh 6 :
Membaca Al-Fatihah. Dia mempelajari TAFSIRNYA karena suroh ini kita baca minimal 17x dalam sehari sehingga WAJIB bagi kita untuk menghadirkan makna dari surat ini dalam sholat kita. Orang-orang yang memahami kandungan Al-Fatihah akan terlihat. Contoh sebagian Salaf kadang-kadang terlihat pada mereka yang tidak mampu menyelesaikan bacaan Al-Fatihahnya, berhenti ketika sampai pada ayat “iyyaka na;budu wa iyyaka nasta’ain” karena luar biasa dalamnya makna ayat tersebut dan karena mereka betul-betul memahami kandungannya. Al-Fatihah adalah pokok dari Al-Qur’an.

Oleh karena itu, kata sebagian para ‘ulama bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an kembali kepada Al-Fatihah dan seluruh kandungan Al-Fatihah kembali kepada ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Ketika seorang hamba mempelajari ini semua, maka itu akan menjadi sebab yang membantunya untuk khusyu’. heart emotikon

Contoh 6 :
Pada ayat “Ihdinash Shiroothol Mustaqiim”. As-Shiroth ditafsirkan oleh para ‘ulama dengan 2 penafsiran, yaitu :
  1. Penafsiran secara ma’nawi : artinya berarti jalan yang lurus di dunia dan akhirat
  2. Bermakna jalan yang tidak bisa dilihat dengan pandangan mata. Harus dilalui pada hari kiamat yang dihamparkan di atas Neraka Jahannam, yang lebih tipis dari rambut, dan lebih tajam dari pedang.


Kalau seseorang mengetahui 2 penafsiran atas ayat “ihdinash shirothol mustaqim”. Kira-kira bagaimana kondisi orang yang sholat dalam kondisi dia memahami bacaan tersebut dengan makna di atas???? Berbeda khusyu’nya dengan orang yang tidak memahami makna tersebut.

Memperhatikan bacaan sholat adalah sesuatu yang penting.


Ketika seseorang membaca Al-Fatihah dalam sholatnya, maka sudah seharusnya ia memiliki ilmu tentang Kalamulloh sehingga dalam sholatnya nanti ia seakan-akan melihat Alloh sedang berfirman dan berbicara kepadanya. Karena sesungguhnya Alloh Ta'ala menampakkan dirinya kepada hamba-NYA melalui firman-NYA dan ini hanya terwujud dari seorang hamba yang memiliki BASHIROH dan tidak memiliki penyakit di hatinya. Dan apabila Alloh memberikannya mata hati yang sehat, maka ia akan bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Dan semestinya seorang hamba menghabiskan waktunya untuk memperhatikan Kalamulloh. Dan semakin sehat hatinya, maka dia akan semakin tahu perbedaan gerakan dan bacaan dalam sholat antara yang satu dengan lainnya.
[ Faidah dari Al-Ustadz Abdul Barr dalam Pembahasan "Asroru Sholah" ]
 :

Mempelajari dan memahami kandungan bacaan sholat, tidak cukup 1, 2,3 hari saja. Tapi, ketika dia mempelajarinya, paling tidak dia memiliki gambaran umumnya, apa faidah di belakangnya yang itu semua membantu kekhusyu’annya.

Memahami makna dari GERAKAN-GERAKAN sholat dan tata cara sholat.

Contoh 7 :
Mengangkat tangan ketika takbirotul ihrom bisa sejajar bahu atau kedua telinga. Kalau dia selang-seling melakukannya, maka akan membuat hatinya lebih mudah khusyu’. Kalau dia sudah terbiasa dengan cara takbir tertentu, maka ketika berdiri, dia aka langsung takbir saja tanpa berpikir lagi apa maknanya. Pada sebagian gerakan sholat ada maknanya, Contoh : Tasyahhud yang lebih tajam bagi syaithon.

Contoh 8 :
Posisi meletakkan kedua tangan bisa dengan digenggam, bisa juga dengan diletakkan.


Kaifiyat sholat yang seperti ini adalah dari Alloh yang disampaikan kepada Nabi-NYA shollallohu ‘alaihi wa Sallam sehingga kita cinta untuk melaksanakan perintah Alloh. Kalau kita bisa merenungi makna dari gerakan sholat dan bacaannya, maka akan membuat hati kita terjaga. Ini yang membuat sholat menjadi tempat ISTIRAHAT dan ia merasa SEJUK dengan sholatnya. “Sesungguhnya sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” akan muncul ketika seseorang telah memahami dan merenungkan kandungan dalam sholat yang dengan 2 hal itu menambah keimanannya sehingga mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar. 
Demikian juga memahami dan merenungkan faidah dari fiqih sholat yang dituntunkan syari’at. Contoh : Sutroh manfaatnyas supaya seseorang berkonestrasi dan tidak terganggu dengan orang yang lalu lalang di depannya yang bisa ganggu kekhusyu’annya.



Ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an, kita diberikan kebebasan memilih apa yang kita kehendaki. Dan bacaan ayat Al-Qur’an tersebut dalam sholat memiliki ahkam dalam masalah fiqih. Tapi, hendaknya kita membaca dengan bacaan yang diperintah oleh Nabi sehingga membantu kita untuk khusyu’.


[5]. Menghadirkan Keagungan akan Rendahnya Dunia

Ini harus ada dalam hati setiap hamba. Kalau dia mendatangi sholat dalam keadaan sangat baik pemahamannya terhadap Negeri Akhirat, maka tidak akan tersisa kehinaan dunia di dalam hatinya yang akan menganggunya. Tapi, manusia tidak luput dari gemerlap dunia karena Nabi shollallohu ‘alaihi wa Sallam saja juga pernah merasakannya melalui sabda beliau, “… Singkirkan tirai yang ada gambar kudanya tersebut. Sesungguhnya hal itu telah melalaikan aku dari sholatku.” (Al-Hadits).


[6]. Menghadirkan bahwa Sholatnya Kali Ini adalah Sholat Terakhirnya dan Sholat Perpisahannya.

Artinya seseorang banyak mengingat kematian. Dalam riwayat Ibnu Majah, Rosullloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “"Jika engkau hendak melakukan shalat, maka shalatlah seakan-akan itu adalah shalat perpisahanmu.” Artinya berarti kesempatan terakhirnya untuk taubat, memohon Surga, rahmat Alloh. Apabila dia menjadikan sholatnya kali ini sebagai sholat terakhirnya dan sholat perpisahannya, serta apabila dia seorang yang berakal, maka dia akan berusaha bagaimana supaya sholatnya menjadi penggugur dosanya, yang menjamin dia masuk ke Surga yang ini semua membantu untuk khusyu’.


[7]. Berusaha Menjauhkan Hatinya dengan Hal-hal yang Bisa Mentirai Hatinya dengan Alloh


" Orang yang banyak melakukan kemaksiatan tidak akan merasakan kedekatannya kepada Alloh, walaupun dia melakukan amalannya dengan IKHLAS karena kemaksiatannya itu menjadi tabir penghalang antara dirinya dengan Alloh. "
[ Faidah dari Al Ustadz Abdul Mu'thi Al-Maidaniy ]


Ada banyak sebabnya, yaitu antara lain :
  1. Dosa dari penampilan dhohirnya, seperti anggota tubuhnya ;
  2. Dosa bathin, yaitu hati, bid’ah, hal-hal yang menyelisihi syari’at, akhlak tercela seperti hasad, ujub, dan lain-lain.

 Bisa dilihat di pembahasan Ibnul Qoyyim "10 Tirai yang Menghalangi Manusia dari Alloh."

_______________________

C. PENUTUP

Masih banyak hal-hal lain yang membantu kekhusuyu’an. Tapi, pembahasan yang disebut di sini adalah pokoknya. Dan diantara hal lain yang juga menjadi sebab kekhusyu’annya adalah dia memasuki sholat dalam kondisi dirinya bermuhasabah tentang kesalahan-kesalahannya.

Termasuk tabiat jiwa apabila dia sering menghitung-hitung kesalahannya sendiri, lalu dia berusaha memperbaiki apa yang ada pada dirinya, maka jiwa ini akan terdidik dan tunduk yang itu semua menjadi sebab kekhusyu’annya. Dalam sholatnya dia memasuki sholat untuk
- Memperbaiki Dirinya ;
- Meluruskan Langkahnya ;
- Menjadi Hamba yang Lebih Baik dan dicintai Alloh


[ Faidah dari Al-Ustadz Dzulqornain M. Sunusi hafizhahullah, 2014 ]
_____________________________________________________________________






Tidak ada komentar: